Pemanfaatan jalur penerbangan di selatan Pulau Jawa akan dioptimalkan
tahun ini dengan target masif tahun 2019. Perum Lembaga Penyelenggara
Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia
pun meningkatkan perannya dalam mendukung program pemerintah tersebut.
“Jalur penerbangan di selatan Jawa akan dibuat menjadi tol udara.
Penerbangannya akan padat, walaupun yang terbang adalah pesawat propeller,
seperti ATR 72 atau nanti dengan N219 produksi dalam negeri,” ujar
Novie Riyanto, Direktur Utama AirNav Indonesia di Tasikmalaya, Kamis
(25/1/2018).
Menurut Novie, kepadatan penerbangan di selatan Jawa akan mengejar
padatnya jalur utara. Saat ini, rute penerbangan domestik terpadat di
Indonesia itu memang melalui jalur di utara Pulau Jawa; kurang lebih
4.000 penerbangan setiap bulan. Yang terpadat adalah rute penerbangan
Jakarta-Surabaya-Bali.
“Menjadi tugas kami, AirNav Indonesia, untuk mengawal keselamatan
penerbangan dengan meningkatkan kapasitas ruang udara dan efisiensi
penerbangan melalui optimalisasi alternatif jalur lain, yakni jalur
selatan Jawa,” kata Novie.
Melalui konsep flexible used of airspace (FUA), yakni membagi
penggunaan ruang udara untuk kepentingan sipil dan militer, jalur
selatan Jawa dikembangkan untuk penerbangan komersial. “Kami akan terus
berkolaborasi antara sipil dengan militer untuk bisa memaksimalkan
penggunaan ruang udara di selatan Jawa. Trial sudah beberapa kali dilakukan dan berjalan dengan baik,” ungkap Novie.
Sejak 12 Oktober 2017, AirNav Indonesia membuka rute penerbangan
selatan Jawa (Tango One), yang merupakan rute penerbangan domestik
pertama yang berbasis satelit; performance based navigation
(PBN). Dengan menggunakan satelit sebagai basis utama navigasi,
pengaturan lalu lintas penerbangan menjadi lebih presisi dan akurat.
Menjadikan tol udara di selatan Jawa, kata Novie, otomatis pergerakan pesawat akan bagus, sehingga dapat mendorong multiplier effect
yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
“Ada tiga bandara; di Tasikmalaya, Purbalingga, dan Kulonprogo, yang
menjadi perhatian kami untuk ditingkatkan level pelayanan navigasi
penerbangannya,” ungkapnya.
Di Bandara Wiriadinata di Tasikmalaya, tower akan direnovasi
dan peralatan navigasi diperbaiki. Bandara Wirasaba di Purbalingga akan
dikembangkan menjadi bandara baru berkolaborasi dengan TNI AU, Pemda,
dan pengelolanya, yang rencananya mulai beroperasi pada Desember 2019.
Sementara di New Yogyakarta International Airport di Kulonprogo, AirNav
berinvestasi dalam pembangunan tower beserta peralatan pendukungnya senilai Rp79,6 miliar.
Jalur penerbangan di selatan Jawa, yang membentang dari Pandeglang di
Banten hingga Banyuwangi di Jawa Timur, memiliki potensi yang sangat
besar, baik pariwisata, jumlah penduduk, maupun bidang perekonomian
lainnya. Jumlah penduduknya mencapai 40 persen dari keseluruhan jumlah
penduduk Pulau Jawa dengan produk domestik regional bruto (PDRB)
menyumbang sekitar 25 persen dari PDRB Pulau Jawa.
Potensi-potensi tersebut hingga saat ini belum bisa dikembangkan
secara optimal karena kurangnya konektivitas transportasi udara. Maka
Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menumbuhkan
konektivitas tersebut dengan pembangunan tol udara, yang terdiri dari
bandar udara dan ruang udara serta navigasi penerbangan.
Kepala Bagian Kerjasama dan Humas Ditjen Perhubungan Udara, Agoes
Soebagio mengatakan, pengembangan tol udara mengacu pada tatanan
kebandarudaraan nasional. “Untuk pelaksanaannya, selain dengan AirNav,
kami akan bekerja sama dengan TNI AU yang memiliki beberapa pangkalan
udara di wilayah selatan Jawa serta pemerintah daerah setempat,” ujar
Agoes pada media workshop bertema “Optimalisasi Jalur (Udara) Selatan Jawa guna Meningkatkan Perekonomian Ekonomi” di Bandara Wiriadinata, Tasikmalaya.
Menurut Agoes, Ditjen Perhubungan Udara akan menginisiasi pembangunan
dan pengembangan bandara di selatan dan mengoneksikannya dengan
bandara-bandara di wilayah utara Jawa. Konektivitas pun berimbang antara
wilayah-wilayah selatan serta wilayah selatan-utara, sehingga
pembangunan perekonomian merata.
Tumbuhnya ekonomi membuat maskapai penerbangan membuka konektivitas
dengan rute-rute baru. “Tahun 2017 kami membuka 83 rute baru di seluruh
Indonesia. Hal ini menandakan bahwa perekonomian di daerah sudah
tumbuh,” ujar Agoes.
Tumbuhnya perekonomian itu diakui Kepala Dinas Perhubungan Pemkot
Tasikmalaya, Aay Zaini Dahlan. Sejak dibukanya penerbangan komersial
Jakarta-Tasikmalaya 1 Juli 2017, pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya
mencapai 6,7 persen. Penerbangan rute itu sekali sehari dengan ATR
72-500 Wings Air kapasitas 72 penumpang pun dengan tingkat isian
penumpang yang tinggi, rata-rata 80 persen.
Wiriadinata merupakan satu dari tujuh bandara komersial di wilayah
selatan Jawa. Enam bandara komersial lainnya adalah Nusawiru
(Pangandaran), Tunggul Wulung (Cilacap), Adi Sutjipto (Yogyakarta),
Abdurrahman Saleh (Malang), Notohadinegoro (Jember), dan Blimbingsari
(Banyuwangi). Di samping itu akan diinisiasi pembangunan dan
pengembangan empat bandara, yakni di Pandeglang (Banten), Sukabumi (Jawa
Barat), bandara baru di Yogyakarta (DIY), dan Kediri/Tulungagung (Jawa
Timur).
“Kami akan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk pengembangan
dan pembangunan bandara-bandara di selatan Jawa,” kata Agoes.
Kerja sama yang terjalin erat adalah dengan AirNav Indonesia, yang
sudah dan akan melakukan sejumlah program strategis. Program itu berupa
kesiapan fasilitas dan SDM, prosedur dan koordinasi antara unit layanan
navigasi penerbangan, yang terus ditingkatkan.
Peningkatanya, kata Novie, melalui pembuatan air traffic services letter of coordination agreement
(ATS LOCA) antara Cabang Utama JATSC (Jakarta Air Traffic Service
Center) dengan MATSC (Makassar Air Traffic Service Center) serta antara
Cabang Utama MATSC dengan Cabang Madya Denpasar.
“Kami sedang perbarui standard operation procedure (SOP) untuk melayani jalur selatan itu. Kami juga menyiapkan LOCA untuk detail separasi, level assignment, dan coordination procedur untuk mengoptimalkan kesiapan kami,” ucap Novie.