Pilot Menganggur Akan Disalurkan ke China


Lebih dari seribu pilot ab initio atau yang baru lulus sekolah pilot diupayakan untuk bisa bekerja di maskapai penerbangan asal China. Hal ini merupakan salah satu upaya Ditjen Perhubungan Udara untuk mengatasi stagnasi pilot-pilot yang sampai saat ini masih belum bekerja di maskapai penerbangan nasional.

“Kami menempuh beberapa upaya untuk mengatasi stagnasi pilot yang masih belum bekerja itu. Kami harapkan para pilot ini bisa endorse ke beberapa maskapai penerbangan di China. Banyak airline China yang terbang ke Indonesia dan kita memiliki hubungan bilateral yang luas dan erat dengan negara China,” kata Agus Santoso, Dirjen Perhubungan Udara, usai melakukan pembicaraan dengan Dirjen Perhubungan Udara China di Kantot DKUPPU di kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin 6 November 2017.

Menurut Dirjen, respons dari rombongan CAAS (Civil Aviation Administration of China) atau Otoritas Penerbangan Sipil China itu cukup baik. Ada empat maskapai penerbangan, yakni Air China, China Southern, China Eastern, dan Xianmen Air, yang memberi respons positif. “Kita akan siapkan dan bahas regulasi kita dengan regulasi di China untuk membahas ketentuan untuk itu,” ungkap Muzaffar Ismail, Direktur DKUPPU (Direktorat KelaikUdaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara).

Sebenarnya bukan cuma China, beberapa negara juga akan diajak kerja sama dalam sektor penerbangan. Dalam waktu dekat, 10 November nanti, Dirjen akan ke Meksiko untuk menandatangani bilateral airworthiness agreement kedua negara. Negara-negara yang luas dan memiliki jumlah penduduk banyak, yang mestinya memerlukan transportasi udara, seperti India dan Bangladesh, dijajaki pula untuk kerja sama tersebut.

Solusi untuk mengatasi stagnasi pilot ab initio itu, bukan pula cuma endorse ke China, tapi meminta sekolah pilot untuk bekerja sama dengan maskapai penerbangan. “Sebelum sekolah pilot itu membuka kelas baru, syaratnya adalah melakukan agreement dengan airline. Hal ini dilakukan agar nanti lulusannya dijamin bisa bekerja di maskapai tersebut,” ucap Muzaffar.

Di samping itu, 21 sekolah pilot yang ada sekarang diharapkan bisa saling melengkapi untuk memenuhi regulasi yang tercantum dalam CASR 141. “Saat ini kami juga melakukan moratorium untuk pendirian sekolah pilot baru,” kata Muzaffar.

Di sisi lain, Ditjen Perhubungan Udara mendorong PT Dirgantara Indonesia (PTDI) untuk mewujudkan pesawat N219. “Pesawat itu sudah first flight, static test, nanti ada fatigue test. Pesanannya banyak. Untuk memasarkannya itu kan dilakukan waktu melakukan beberapa tes dan kita akan ekspansi untuk konsumsi di negara China yang sudah ada bilateralnya, juga ke Meksiko, India, dan Bangladesh,” tutur Agus.

Pemerintah ingin N219 diproduksi dan dipasarkan untuk pasar yang sangat luas. “Kita concern untuk mendorong PTDI memasarkan N219. Agreement dengan negara-negara tersebut terjalin paralel dengan upaya untuk mereduksi stagnasi pilot yang sudah melebihi yang dibutuhkan di Indonesia sekalian dengan memasarkan produk N219,” papar Agus.

informasi by  http://indoaviation.co.id